Minggu, 16 Agustus 2015

KEHIDUPAN SUFISTIK SAYYIDUNA ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ ~


Assalammu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatu...
.
Sahabat fillah sekalian!
.
Kisah tauladan kecintaan Sayyiduna Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Allah dan Rasul-Nya.
.
"Abu Bakar mengungguli kalian bukan karena banyaknya salat dan banyaknya puasa, tapi karena sesuatu yang bersemayam di hatinya." (HR at-Tirmidzi di an-Nawâdir dan al-Ghazali di Ihyâ' Ulûmiddîn)
.
Setiap malam Jumat, usai salat Isyak, tubuh yang dibalut jubah kasar itu duduk berzikir. Kepalanya menunduk sangat rendah sampai menyentuh lutut.
.
Begitu khusyuk dan khidmat, tak sedikit pun bergerak untuk mendongak. Menjelang fajar terbit, kepalanya baru diangkat, menghela nafas yang panjang dan tersendat-sendat.
.
Kontan, aroma di ruangan itu berubah. Tercium bau hati yang terpanggang.
.
Itulah ibadah khusus Abu Bakar Radhiallâhu'anhu yang diceritakan oleh istri beliau setelah mendapat permintaan dari Umar bin al-Khatthab. Umar menitikkan air mata, terharu mendengar cerita dari istri pendahulunya itu.
.
"Bagaimana mungkin putra al-Khatthab bisa memiliki hati yang terpanggang," desahnya.
.
Hati yang terbakar oleh rasa takut melihat kebesaran Allah, terbakar oleh rasa cinta karena memandang keindahan Allah, juga terbakar oleh harapan yang memuncak akan belas kasih Allah.
.
Abu Bakar ash-Shiddiq dinobatkan sebagai orang terbaik dari kalangan umat Rasulullah Muhammad SAW.
.
Rasulullah SAW juga menobatkannya khalîl atau kekasih terdekat bagi beliau. Faktor utamanya bukan karena banyaknya amal yang beliau lakukan, tapi karena totalitas hatinya.
.
Hatinya serba total untuk Allah dan Rasul-Nya.
.
Pada saat Rasulullah SAW mengumumkan agar kaum Muslimin menyumbangkan harta mereka untuk dana perang melawan Romawi di Tabuk,
.
Abu Bakar membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah SAW. "Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah kepada Abu Bakar.
.
"Allah dan Rasul-Nya?" jawab Abu Bakar tanpa keraguan sedikitpun.
.
Inilah totalitas hati Abu Bakar.
.
"Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati tak menyisakan apapun melainkan apa yang ia cintai,"
.
demikian komentar Imam al-Ghazali tentang kisah beliau ini.
.
Totalitas hati itu membawa Abu Bakar SAW menjadi orang yang paling makrifat kepada Allah di antara umat Rasulullah SAW yang lain.
.
Abu Bakar Radhiallâhu'anhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan Rasulullah SAW
.
. Hingga, hidupnya begitu miskin setelah mengucapkan ikrarIslam di hadapan Rasulullah.
.
Padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar yang disegani di Quraisy.
.
Abdullah bin Umar bercerita: Suatu ketika Rasulullah SAW duduk. Di samping beliau ada Abu Bakarmemakai jubah kasar, di bagian dadanya ditutupi dengan tambalan.
.
Malaikat Jibril turun menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan salam Allah kepada Abu Bakar.
.
"Hai Rasulullah, kenapa aku lihat Abu Bakar memakai jubah kasar dengan tambalan penutup di bagian dadanya?" tanya Malaikat Jibril.
.
"Ia telah menginfakkan hartanya untukku sebelum Penaklukan Makkah." Sabda beliau
.
"Sampaikan kepadanya salam dari Allah dan sampaikan kepadanya:
.
Tuhanmu bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?"
.
Rasulullah SAW menoleh kepada Abu Bakar.
.
"Hai Abu Bakar, ini Jibril menyampaikan salam dari Allah kepadamu, dan Allah bertanya:
.
Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela?"
.
Abu Bakar menangis: "Apakah aku akan murka kepada (takdir) Tuhanku!? (Tidak!)
.
Aku rida dengan (takdir) Tuhanku, Aku rida akan (takdir) Tuhanku."
.
Semua miliknya habis untuk Allah dan Rasulullah SAW.
.
Inilah totalitas cinta.
.
Cinta yang mengorbankan segalanya untuk Sang Kekasih, tak menyisakan apa-apa lagi selain Dia di hatinya.
.
"Orang yang merasakan kemurnian cinta kepada Allah, maka cinta itu akan membuatnya berpaling dari pencarian terhadap dunia dan membuatnya merasa tidak asyik bersama dengan segenap manusia."
.
Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq.
.
Oleh karena itu, Sayidina Abu Bakar memilih zuhud sebagai jalan hidup utama beliau.
.
Dunia bukanlah fasilitas yang hendak dinikmati, tapi godaan yang harus dihindari.
.
Faktor utama yang menyebabkan manusia lupa kepada Allah adalah kesukaannya terhadap hal-hal duniawi.
.
Faktor utama yang menyebabkan manusia mendurhakai Allah juga kegilaan terhadap hal-hal duniawi.
.
Kegilaan terhadap hal-hal duniawi merupakan sumber dan induk dari segala kesalahan yang dilakukan manusia.
.
Subahannallah... Wallahu A'lam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar